Permintaan Kain Tenun Badui Meningkat
Meningkatnya permintaan pasar tersebut tentu para perajin kain tenun Badui tumbuh dan berkembang dibandingkan saat pandemi COVID -19.
"Kami bersyukur dengan keuletan dan kesabaran kini kain tenun Badui diminati pelaku usaha dan masyarakat," kata Ambu Absah sambil menyatakan dirinya menggeluti usaha produksi kain tenun sejak usia 15 tahun.
Begitu juga Anita (25) seorang perajin mengatakan pihaknya selama ini permintaan kain tenun Badui banyak diminati pelaku usaha, seperti desainer fashion, pemilik butik, pedagang dan masyarakat.
Meningkatnya permintaan pasar dipastikan dapat menggulirkan perputaran uang di kawasan masyarakat Badui.
Para perajin kain tenun yang dilakukan kaum perempuan saat ini kewalahan melayani permintaan pasar cenderung meningkat.
"Kami meyakini meningkatnya permintaan kain tenun Badui secara langsung bisa meningkatkan ekonomi masyarakat setempat," katanya.
Dia mengatakan harga kain tenun Badui beraneka motif dari bahan katun berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 400 ribu, seperti jenis poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, magrib, capit hurang, susuatan, suat songket dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Begitu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
Perajin kain tenun Badui di Kabupaten Lebak beberapa bulan terakhir kewalahan melayani permintaan pasar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News